Dhandhanggula
~ seventh song ~
(a nod to Chairil Anwar's "Tak Sepadan")
lady in a gown
made of sweat
her nose twitches
with the effort to recover breath
she's watching a bare
bottom out of the room
past midnight, party is over
she has lasted longer than
Cinderella, a tale she had
read for her children
two boys and three girls
on a cramped mattress
not far off the ground
in this floorless house
walls of woven bamboo
wind whistling through crevices
flickers the flame
of the bedside table lantern
all these things flicker
in her sleepy eyes
perhaps she'll get
two or three hours rest
Dhandhanggula
~ tembang ketujuh ~
perempuan terbalut
gaun dari keringat
hidungnya berkedut mencari
barang sehela dua hela nafas
matanya kosong memandang
pantat telanjang melangkah keluar
selepas tengah malam, seusai pesta
setidaknya ia telah bertahan lebih lama
dari Upik Abu, dongeng yang ia baca
untuk anak-anaknya malam ini
dua putra dan tiga putrinya
bebaring berdesakan di matras
tidak jauh dari tanah
di rumah tak berlantai ini
dari balik dinding gedek
siul angin lewat celah anyaman
mengaburkan api
teplok di tepi ranjang
begitu juga dengan pandang
tergelayut kantuk di matanya
mungkin ia dapat
tidur barang dua tiga jam
~ seventh song ~
(a nod to Chairil Anwar's "Tak Sepadan")
lady in a gown
made of sweat
her nose twitches
with the effort to recover breath
she's watching a bare
bottom out of the room
past midnight, party is over
she has lasted longer than
Cinderella, a tale she had
read for her children
two boys and three girls
on a cramped mattress
not far off the ground
in this floorless house
walls of woven bamboo
wind whistling through crevices
flickers the flame
of the bedside table lantern
all these things flicker
in her sleepy eyes
perhaps she'll get
two or three hours rest
Dhandhanggula
~ tembang ketujuh ~
perempuan terbalut
gaun dari keringat
hidungnya berkedut mencari
barang sehela dua hela nafas
matanya kosong memandang
pantat telanjang melangkah keluar
selepas tengah malam, seusai pesta
setidaknya ia telah bertahan lebih lama
dari Upik Abu, dongeng yang ia baca
untuk anak-anaknya malam ini
dua putra dan tiga putrinya
bebaring berdesakan di matras
tidak jauh dari tanah
di rumah tak berlantai ini
dari balik dinding gedek
siul angin lewat celah anyaman
mengaburkan api
teplok di tepi ranjang
begitu juga dengan pandang
tergelayut kantuk di matanya
mungkin ia dapat
tidur barang dua tiga jam
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.