Kota Perbincangan
Kita menyantap tahu Jepang dan berbincang tentang pizza Roma
Kita sepakat bahwa puisi dapat membawamu ke istana atau
penjara
Kita mengenakan baju hitam, sang hari berpakaian kelabu, dan
di sana
musik dari tahun 1970-an dimainkan, abad yang lain, kata
kita.
Ia berbicara tentang ibunya yang perlahan kehilangan akal
dan memori
ia berbicara akan pembicaraan mereka tentang kehilangan ini,
dan sang ibu
ingin semua segera menjadi, menyeberang ke sisi lain tanpa
tahu apa-apa
bagaikan malaikat melayang di udara meluncur tanpa rasa
peduli
Kita menyantap pasta Italia dan berbincang tentang kembali
ke India
Kita membahas makna kemerdekaan, termakna selalu lewat
pribadi.
dan apakah selalu berarti hak bersenjata, dan apa yang
dipikirkan hakim
saat mereka merenung dan kenapa, sebenarnya, prosa mereka
tak tertembus.
Kita bagaikan kumpulan anak yatim piatu. Kita duduk semakin mendekat,
setuju bahwa waktu mengejar piutangnya. Kata kunci
membingungkan kita,
dan ‘gelombang pembayaran’ terlihat bagai jalan tukang
sulap. Komedian
tampak lebih lucu. Gurauan menjadi lebih mendalam dari
puisi.
We are eating Japanese tofu and talking about Roman pizzas.
We agree it’s true that poetry can take you to palaces and prisons.
We are wearing black, the day is wearing grey, and somewhere
music plays hits from the 1970s, that other century, we say.
She is speaking of her mother slowly losing mind and memory,
she is speaking of talking to her about this loss, and her mother
wanting to have it done, to come out the other side unknowing
like an angel in the gorgeous air hovering beyond all care.
We are eating Italian pasta and talking of visiting India again.
We discuss the meaning of liberty, and is it always personal,
and must it mean the right to carry arms, and what do judges think
about when they think and why, precisely, is their prose impenetrable.
It seems we are all becoming orphans now. We sit a little closer,
agree that time is chasing up its debts. Passwords bamboozle us
and ‘pay wave’ looks too much like a magician’s pass. Comedians,
though, are funnier than ever. Jokes are more profound than poems.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.